Productivitas Primer Wilayah Pesisir

Produktivitas primer adalah jumlah karbon (C) yang dihasilkan oleh tumbuhan yang memiliki klorofil dalam satu kubik air per satuan waktu (misalnya, gC/m3/hari)
Wilayah pesisir memiliki produktivitas primer yang tinggi: karena wilayah ini memiliki berbagai sumber produktivitas primer, yaitu padang lamun, hutan bakau, fitoplankton, alge makro, alge bentik dan epifit, serta masukan dari daerah hulu
Di daerah lintang sedang, sumber ini masih ditambah lagi dengan rawa payau yang biasanya juga sangat tinggi produksi karbon-nya

Sumber produktivitas primer di ekosistem pesisir 

Sumber produktivitas primer di ekosistem pesisir
  1. rumput rawa payau 
  2. lamun 
  3. mangroves 
  4. produksi terestrial 
  5. alge makro 
  6. fitoplankton 
  7. alge bentik dan epifit

Untuk menghasilkan produksi ini, diperlukan energi
Di wilayah pesisir terdapat tiga sumber energi potensial yang dapat mendukung produksi yang tinggi tadi: sifat-fisik air laut (terutama gelombang, pasang, dan arus), cahaya matahari, serta bahan organik
Ketiganya dapat mempunyai pengaruh positif atau negatif terhadap ekosistem di pesisir.  Gelombang dengan energinya dapat merusak tumbuhan di pantai ataupun pantainya sendiri.  Keperluan ekosistem pesisir terhadap sumber energi tersebut disajikan dalam Tabel 1 (sebagian diambil dari Odum et al., 1974)

Tiga sumber utama energi potensial di ekosistem estuaria

Tiga sumber utama energi potensial di ekosistem estuaria

Wilayah pesisir dan sumber energi yang khas 

Wilayah pesisir dan sumber energi yang khas


TEKANAN ATAU GANGGUAN TERHADAP EKOSISTEM
Semua makhluk hidup, termasuk (terutama) manusia, selalu memiliki pengaruh terhadap ekosistem dimana mereka sebenarnya menjadi bagian dari sistem tersebut. 
Bagaimana atau dengan kegiatan apa saja manusia dapat merubah sistem ekologi di wilayah pesisir? 
Beberapa ekosistem akan rusak oleh kegiatan berikut ini:  clearing lahan untuk pertanian, pembakaran pohon/hutan, pembangunan dam (waduk), penggundulan hutan, pembangunan gedung, dan pengerasan tanah untuk jalan raya

Dalam kegiatan tersebut, hutan dibabat untuk bahan bangunan atau kayu bakar, estuaria dikeruk, ditimbun, atau dikurangi luasnya, sungai dibendung dijadikan waduk, hutan bakau dibabat untuk lahan tambak atau permukiman, dsb.
Kegiatan manusia yang merusak ekosistem tadi kelihatannya hanya berpengaruh pada ekosistem yang diganggu saja, tetapi kalau dilihat lebih lanjut kegiatan di satu ekosistem dapat berpengaruh pada ekosistem lain yang terkait
Dam (Bendungan)
Bendungan untuk mengatur banjir, tenaga listrik, dan untuk membagi air bagi konsumsi manusia dan pertanian akan merubah aliran alami.

KETERKAITAN ANTARA EKOSISTEM DI WILAYAH PESISIR
Antar ekosistem pesisir terdapat keterkaitan dikarenakan mereka saling berhubungan.  Hubungan atau keterkaitan tersebut terjadi lewat beberapa proses, misalnya badan air yang mengalir dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya, adanya migrasi hewan dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya, dan proses lain akibat ulah alam maupun manusia.

Keterkaitan antara ekosistem terestrial dengan ekosistem pesisir
Keterkaitan ini akan sangat mudah dimengerti kalau kita melihat interaksi antara ekosistem terestrial dan ekosistem pantai lewat aliran sungai; apapun yang terjadi di daerah hulu akan dialirkan ke daerah hilir lewat sungai
Pada masa dimana penggunaan pupuk fosfat dan nitrat di sawah sangat tinggi, beberapa persen dari pupuk tersebut terbawa oleh aliran air ke sungai dan selanjutnya ke daerah hilir

Masukan fosfat dan nitrat yang tinggi ke perairan pesisir ini dapat menyebabkan terjadinya yutrofikasi (penyuburan), dan beberapa jenis alga menggandakan diri dengan sangat cepat (blooming), akibatnya terjadi penghambatan sinar matahari ke kolom air di bawah permukaan.  Akibat selanjutnya adalah banyak organisme (alga, termasuk fitoplankton) yang mati, dan bangkainya akan diuraikan oleh bakteri. 
Untuk mengurai ini diperlukan oksigen, sehingga karena banyaknya organisme yang mati, perairan menjadi kekurangan oksigen yang berakibat turunnya kualitas air dan akhirnya mempengaruhi kehidupan organisme yang lain.

Keterkaitan antara ekosistem hutan bakau-padang lamun
Keterkaitan antara hutan bakau dengan padang lamun dapat lewat proses fisik, nutrien, migrasi hewan, dan dampak kegiatan manusia. 
Padang lamun meredam gerakan air dengan cara melemahkan energi gelombang dan menciptakan zone energi rendah yang cocok buat hutan bakau. 
Padang lamun juga menjebak, menstabilkan, dan menghasilkan sedimen, yang penting bagi hutan bakau karena dapat mencegah abrasi atau penenggelaman bagian-bagian bakau yang diperlukan untuk aerasi.  Sebaliknya, hutan bakau bertindak sebagai tempat sedimentasi dan pengikat sedimen yang efektif, membalas keuntungan yang didapat dari padang lamun.  Kemampuan bakau mengatur aliran air tawar di wilayah pesisir menahan/menyangga perubahan salinitas yang kalau tidak akan merugikan lamun.
Baik hutan bakau maupun padang lamun cenderung melepaskan atau mengekspor nutrien.  Penglepasan berkaitan positif dengan pasokan nutrien yang tinggi, sedangkan ekspor berkaitan dengan masukan nutrien yang rendah kepada ekosistem di dekatnya.  Penglepasan nutrien menjamin bahwa setiap sistem menerima nutrien yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan.  Lagipula, burung-burung yang beristirahat di pohon bakau dan mencari makan di padang lamun akan membawa kembali nutrien ke hutan bakau dengan cara lewat kotoran yang dikeluarkan setelah kembali dari mencari makan di padang lamun.  Bahan organik (partikulat maupun terlarut) yang mengalir dari hutan bakau ke padang lamun dan sebaliknya, membantu mempertahankan perairan kedua habitat ini tetap kaya akan nutrien.
Perusakan hutan bakau akan menyebabkan aliran erosi daratan ke dalam padang lamun, menyebabkan penutupan (shading), dan yutrofikasi. 
Konsekuensi ini akan menurunkan produktivitas primer dan sekunder, terutama penurunan laju fotosintesis. 
Berkurangnya padang lamun membuat sedimen menjadi tidak stabil.  Hal ini kemudian menyebabkan sedimen terangkut oleh arus air atau badai ke daerah hutan bakau dan memperparah ekosistem yang telah mengalami gangguan, misalnya kerusakan daerah asuhan dan daerah mencari makan atau perubahan pola jaring-jaring makanan.

Keterkaitan antara terumbu karang , padang lamun dan bakau
Ketiga ekosistem pesisir ini tidak selalu dijumpai pada satu wilayah pesisir.  Kalau ketiganya dijumpai, maka terdapat keterkaitan antara ketiganya.  Misalnya, hutan bakau adalah penghasil detritus yang akan dibawa oleh arus ke padang lamun untuk dimanfaatkan oleh organisme di ekosistem tersebut. 
Selain itu, ekosistem bakau juga merupakan sumber bahan organik, dan nutrien yang oleh arus akan dibawa ke padang lamun.  Sebaliknya, padang lamun adalah sumber bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang untuk kemudian dimanfaatkan oleh organisme penghuni terumbu karang.  Padang lamun juga mengikat sedimen sehingga tidak terbawa ke terumbu karang, yang kalau terjadi akan mengganggu kehidupan terumbu karang.  Terumbu karang sendiri, terutama di daerah tubir merupakan pemecah gelombang , menghempaskan energi gelombang di tubir karang sehingga secara fisik melindungi padang lamun dan hutan bakau.  Terumbu karang juga menyediakan berbagai macam habitat bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun hutan bakau
Di samping hal-hal yang disebutkan di atas, ketiga ekosistem tadi juga menjadi tempat migrasi atau sekedar berkelana dari organisme perairan hutan bakau ke padang lamun, kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya.

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment